Pongamia: Jalan Panjang Menuju SAF
Sebuah studi terbaru oleh (Dalemans dkk., 2022) yang menggunakan observasi lapangan dan model prediktif menekankan bahwa mengingat variasi hasil Pongamia yang sangat besar, pemantauan hasil dan mekanisme jangka panjang sangat penting sebelum Pongamia dapat ditetapkan sebagai bahan baku biofuel yang berkelanjutan dan menguntungkan. Dilaporkan juga bahwa sebagian besar pohon liar mungkin tidak berbunga sama sekali (Sharma dkk., 2011), yang menekankan perlunya program perbaikan genetik. Selain itu, praktik pengelolaan seperti irigasi, pemupukan, pengendalian hama, dan manajemen penyerbukan dapat meningkatkan potensi hasil Pongamia, tetapi hal ini umumnya bergantung pada konteks dan kurang dipahami.
Oleh karena itu, uji coba lapangan jangka panjang dari berbagai wilayah diperlukan agar praktik pengelolaan yang terstandar dapat dikembangkan. Faktor-faktor lain yang kemungkinan memengaruhi hasil panen antara lain periode hujan lebat selama pembungaan yang menyebabkan kerusakan bunga dan penurunan penyerbukan, suhu rendah selama inisiasi daun, dan peristiwa cuaca ekstrem seperti kekeringan, panas, banjir, dan embun beku (Abadi dkk., 2016; Wylie dkk., 2021). Kesenjangan pengetahuan tentang variabilitas hasil panen Pongamia dan bagaimana faktor eksternal memengaruhi hasil panen Pongamia perlu segera diatasi dan merupakan kunci keberhasilan Pongamia sebagai sumber bahan baku biofuel berkelanjutan.
Meskipun disebut sebagai tanaman dengan daya tahan tinggi disegala lingkungan dan iklim, tetapi untuk hasil terbaik, tetap memerlukan pemupukan. Kebutuhan pupuk untuk menggantikan nutrisi yang dihilangkan adalah 17 kg P per ha setara dengan 77 kg Monoammonium fosfat (MAP) yang merupakan sumber P dan N yang banyak digunakan dengan 22% P, dan 56 kg per ha Muriate of Potash yang mengandung 50% K.
Sedangkan untuk nodulasi, tingkat N yang tinggi (>80 kg per ha 1) telah ditemukan untuk menekan nodulasi pada bibit Pongamia dan dosis 40 kg per ha N dibagi menjadi dua dosis yang sama pada tahap pembibitan disarankan sebagai yang optimal baik dalam hal pertumbuhan tanaman dan peningkatan nodulasi (Chaukiyal et al., 2013). Aplikasi N:P:K pada tingkat 37:250:125 mg per tanaman dalam pot semai di pembibitan ditemukan sebagai dosis pupuk yang optimal untuk mendapatkan panjang akar dan pucuk maksimum dan berat kering bibit (Jerlin dan Vadivelu, 2010).
oleh: Dr.(c) Dadang Gusyana, S.Si, MP.
Gambar: SAF – Neste

