Outlook Pongamia 2026: Menuju Indonesia Net Zero Emission

Outlook Pongamia 2026: Menuju Indonesia Net Zero Emission

Salah satu produk potensial dari Pongamia adalah bahan bakar biojet. Sebagian besar pesawat menggunakan bahan bakar jet konvensional, yang tidak terbarukan, mahal, dan mengeluarkan emisi karbon dalam jumlah besar (80%). Misalnya, satu ton bahan bakar jet konvensional mengeluarkan 0,8 ton karbon saat dibakar. Oleh karena itu, industri penerbangan sedang mencari bahan bakar jet terbarukan.

Namun, dibandingkan dengan industri lain, penerbangan memiliki pilihan bahan bakar terbarukan alternatif yang terbatas yang dapat menggantikan bahan bakar fosil. Bahan bakar jet biojet dapat menjadi alternatif yang layak bagi industri penerbangan. Camelina sativa, Jatropha spp., Elaeis guineensis, dan alga telah digunakan untuk memproduksi bahan bakar dalam beberapa uji terbang.

Minyak Pongamia memiliki potensi yang signifikan karena dapat mengurangi 43% gas rumah kaca berdasarkan siklus hidupnya. Berdasarkan penelitian dan perkembangan industri pada tahun 2025. Budidaya pongamia masih menghadapi tantangan terkait peningkatan skala produksi untuk pasar biofuel komersial, menavigasi kompleksitas pasar, dan mengatasi hama tertentu. Meskipun menjanjikan sebagai tanaman biofuel berkelanjutan, masih kurangnya pengetahuan ilmiah di bidang-bidang utama menjadi tantangan.

Inisiasi kebijakan nasional Pemerintah Indonesia tentang penggunaan energi baru dan terbarukan, yang mencakup biofuel sebesar 5% dari bauran energi pada tahun 2025, telah meningkatkan pentingnya produksi biofuel domestik secara signifikan. Karena produksi minyak sawit masih dipertanyakan, Pongamia dapat menjadi alternatif baru yang potensial untuk budidaya di lahan terdegradasi. Namun, hal ini memerlukan pemantauan jangka panjang untuk mencegah pembukaan hutan untuk produksi tanaman biodiesel.

Riset masih perlu dipacu karena masih terdapat kesenjangan pengetahuan ilmiah, yaitu teknologi produksi pongamia terkini, pengelolaan perkebunan jangka panjang, keterlibatan masyarakat, berbagai opsi nilai tambah (misalnya, asosiasi tanaman tingkat bawah), identifikasi calon produsen dan konsumen biofuel, pengembangan model bisnis yang efektif untuk berbagai pemangku kepentingan biofuel, dan kelayakan membangun pasar biofuel yang stabil.

Penelitian tentang pongamia yang berfokus pada isu-isu ini dapat membantu mengisi kesenjangan pengetahuan dan memberikan manfaat bagi komunitas ilmiah, pengelola, dan pemangku kepentingan lainnya.

Tantangan utamanya adalah meningkatkan skala produksi pongamia ke tingkat yang dapat mendukung fasilitas pemrosesan biofuel skala besar, sebuah langkah kunci untuk kelayakan komersial.

• Rantai pasokan yang belum matang: Meskipun beberapa perusahaan pertambangan dan minyak berinvestasi di perkebunan benih pongamia, industri ini masih dalam tahap awal. Banyak pohon belum cukup matang untuk menghasilkan benih, dengan panen skala komersial masih beberapa tahun lagi.

• Variasi hasil: Studi menunjukkan adanya variasi kandungan minyak yang signifikan di antara berbagai pohon induk. Hal ini berarti bahwa program pemuliaan diperlukan untuk mengembangkan varietas yang lebih unggul dan lebih konsisten untuk operasi skala besar.

• Manajemen jangka panjang: Pemahaman ilmiah tentang cara mengelola perkebunan pongamia skala besar dalam jangka panjang masih terbatas, yang krusial untuk produksi berkelanjutan dan bervolume tinggi.

Oleh: Dr.(c) Dadang Gusyana, S.Si, MP.

error: Content is protected !!