Perkebunan Pongamia pinnata

Perkebunan Pongamia pinnata

Untuk mengembangkan perkebunan secara luas dan memperkenalkan suatu spesies dengan sukses, identifikasi pohon unggul dengan kualitas genetik yang baik serta pemilihan metode paling tepat untuk perbanyakan dalam jumlah besar sangatlah penting.

Perbanyakan Pongamia dibutuhkan untuk berbagai tujuan. Waktu tanam Pongamia tidak selalu dapat disesuaikan dengan fase reproduktifnya (berbunga dan berbuah) di berbagai zona ekogeografis. Dalam kasus ini, pasokan bahan tanam sepanjang tahun dapat diperoleh melalui perbanyakan vegetatif.

Selain itu, Pongamia dapat dibudidayakan di lahan non-produktif dan lahan terlantar dalam skala luas untuk keperluan domestik maupun komersial. Pongamia dapat diperbanyak dengan biji, stek, maupun kultur jaringan, dan viabilitas bijinya dapat bertahan hingga 1 tahun.

Pongamia merupakan spesies dengan penyerbukan silang, sehingga perbanyakan vegetatif lebih menguntungkan bagi jenis tanaman ini untuk menghasilkan tanaman yang seragam (true-to-type) dengan masa juvenil lebih singkat, sehingga produktivitas lebih cepat tercapai.

Pongamia dapat diperbanyak melalui stek semi kayu dan kayu keras dengan 3–4 ruas (nodes). Stek batang yang diambil pada bulan Januari menunjukkan perakaran lebih baik (dalam hal persentase keberhasilan, jumlah akar rata-rata, dan panjang akar rata-rata) dibandingkan stek yang diambil pada bulan Oktober.

Melalui teknik okulasi (grafting), masa juvenil yang panjang dapat dihindari sekaligus menjamin produktivitas yang baik berkat penggunaan entres unggul. Dalam grafting Pongamia, bibit berusia satu tahun digunakan sebagai batang bawah (rootstock), sementara entres diambil dari genotipe unggul dengan ukuran yang sama dengan batang bawah.

Jenis grafting yang paling berhasil adalah wedge grafting, yang dilakukan dengan menggunakan batang bawah dari bibit berusia 3 bulan, serta entres semi kayu sepanjang 12–15 cm. P. pinnata lebih mudah diperbanyak melalui grafting dibandingkan hanya dengan stek batang.

Teknik kultur jaringan memiliki potensi untuk menghasilkan propagul dalam jumlah besar yang identik secara genetik dari jaringan sumber yang sangat kecil dalam waktu singkat. Umumnya, eksplan yang digunakan untuk regenerasi melalui kultur jaringan adalah tunas, meristem, dan daun.

Regenerasi eksplan dapat terjadi melalui organogenesis atau embriogenesis somatik. Namun, keberhasilan kultur jaringan sangat bergantung pada komposisi genetik masing-masing pohon meskipun berada dalam kondisi kultur jaringan yang sama.

by: Dr.(c) Dadang Gusyana, S.Si, MP. (sumber: facebook @dgusyana)

error: Content is protected !!