Pongamia, Alternatif Energi Hijau Pelengkap Sawit di Indonesia

Pongamia, Alternatif Energi Hijau Pelengkap Sawit di Indonesia

PongamiaIndonesia, JAKARTA – Selama dua dekade terakhir, kelapa sawit menjadi tulang punggung energi nabati Indonesia melalui program biodiesel. Namun, di tengah dorongan transisi energi hijau, muncul tanaman alternatif yang mulai diperhitungkan: Pongamia (Milletia pinnata).

Pohon legum berukuran sedang ini mampu menghasilkan biji dengan kandungan minyak tinggi yang bisa diolah menjadi biodiesel generasi kedua. Laporan A Technical and Economic Appraisal of Pongamia pinnata in Northern Australia menyebutkan Pongamia berpotensi menjadi solusi ganda: mengurangi emisi gas rumah kaca, menyerap karbon, sekaligus memberi keuntungan ekonomi jangka panjang.

Berbeda dengan kelapa sawit yang membutuhkan lahan subur, Pongamia justru dapat tumbuh di tanah marginal, lahan tandus, hingga area yang terpapar salinitas tinggi atau rawan genangan. Kemampuan akarnya mengikat nitrogen juga membuatnya bermanfaat memperbaiki kesuburan tanah. Inilah yang membuat Pongamia menarik untuk Indonesia, yang memiliki jutaan hektare lahan kritis dan terdegradasi.

Meski begitu, Pongamia bukan untuk menggantikan sawit. Produksinya masih jauh di bawah sawit yang dikenal sangat produktif dengan rata-rata 4–5 ton minyak per hektare per tahun. Sebaliknya, Pongamia lebih tepat diposisikan sebagai pelengkap. Jika sawit menguasai pasar biodiesel domestik lewat program B35 dan menuju B40, Pongamia dapat mengisi ruang lain, khususnya di lahan yang tidak cocok bagi sawit atau tanaman pangan.

Selain minyak, limbah Pongamia juga bernilai. Bungkil bijinya bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan potensi mengurangi emisi metana, sementara kulit polong dapat dijadikan biomassa. Nilai tambah ini memberi dimensi baru yang belum dimiliki sawit secara langsung.

Menurut Dadang Gusyana, Agronomist Consultant di Agriconsulting Europe S.A. (AESA), diversifikasi biofuel penting bagi Indonesia. “IEA dalam laporan Net Zero by 2050 menekankan kebutuhan biofuel canggih sangat besar. Sektor transportasi jarak jauh, pertambangan, hingga penerbangan masih akan bergantung pada bahan bakar cair. Pongamia bisa melengkapi peran sawit dalam kerangka ini,” ujarnya. Dengan kombinasi keduanya, Indonesia dapat memperkuat ketahanan energi hijau. Sawit tetap menjadi motor utama, sementara Pongamia hadir sebagai opsi strategis di lahan marginal, mendukung target nol emisi, dan membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

Sumber: infosawit.com

error: Content is protected !!