Potensi Pongamia sebagai Bahan Bakar Biofuel Generasi Kedua dengan Hasil Tinggi
PongamiaIndonesia, JAKARTA – Sebuah laporan terbaru dari AgriFutures Australia mengungkapkan bahwa tanaman Pongamia berpotensi menjadi sumber biofuel generasi kedua yang sangat produktif dan ekonomis. Laporan ini menilai Pongamia menawarkan keuntungan besar dibandingkan alternatif biofuel yang sudah ada, seperti kanola dan kelapa sawit.
Menurut laporan tersebut, kanola memiliki rata-rata hasil minyak 0,6 ton per hektare, sementara benih Pongamia berpotensi menghasilkan hingga 3 ton per hektare. Hasil ini bahkan bisa meningkat jika polong (pods) yang mengandung biji diolah menjadi bahan bakar terbarukan bersama dengan bahan pangkasan (daun dan batang), sehingga total hasil biofuel bisa mencapai 6 ton per hektare.
Sebagai perbandingan, laporan Ritchie and Roser (2021) mencatat bahwa produksi minyak sawit pada tahun 2018 adalah 71 juta ton dari 19 juta hektare lahan, dengan hasil rata-rata 3,7 ton per hektare. Kelapa sawit selama ini dikenal sebagai tanaman penghasil minyak dengan hasil tertinggi.
Secara global, lebih dari 300 juta hektare lahan digunakan untuk produksi tanaman minyak. Kelapa sawit menyumbang 6% dari penggunaan lahan ini, namun menghasilkan 36% dari total minyak dunia. Hebatnya, Pongamia tidak hanya memiliki potensi hasil minyak yang lebih tinggi dari kelapa sawit, tetapi juga membutuhkan curah hujan kurang dari separuhnya dan, sebagai tanaman polong-polongan, mampu menghasilkan nitrogennya sendiri.
Peluang Pertanian dan Manfaat Ekonomi Tambahan
Selain manfaat utamanya dalam memproduksi biodiesel terbarukan untuk mengatasi perubahan iklim, menanam pohon Pongamia juga menawarkan keuntungan dan produk sampingan lain yang menjadikannya usaha pertanian yang menarik dan ekonomis. Ini termasuk penyerapan karbon (C) oleh pohon, potensi pendapatan dari karbon dengan menggunakan polong sebagai bahan bakar biomassa, produksi suplemen pakan ternak tinggi protein yang dapat mengurangi metana, dan pengembangan ekonomi tambahan di Australia utara.
Data penelitian yang disajikan dalam laporan ini menunjukkan bahwa pemberian pakan protein dari biji Pongamia kepada ternak ruminansia dapat mengurangi emisi metana melalui tiga cara: meningkatkan kualitas pakan, mempercepat waktu panen ternak, dan meningkatkan persentase kelahiran sapi potong.
Produk sampingan tambahan lainnya dari Pongamia juga berpotensi menghasilkan berbagai produk, seperti produk obat-obatan dan insektisida pertanian. Tanaman ini telah digunakan untuk tujuan pengobatan di India selama bertahun-tahun, dan residu minyaknya mungkin suatu hari menjadi bagian paling berharga dari tanaman yang diproses, menawarkan jalur baru untuk melawan infeksi bakteri dan virus. Para peneliti di India juga telah mengembangkan insektisida dari senyawa yang diekstrak dari minyak mentah Pongamia untuk mengendalikan hama serangga dan nyamuk, yang diklaim lebih aman daripada alternatif tradisional.
Fondasi Kuat untuk Pertumbuhan
Para peneliti dari The University of Queensland (UQ) telah meneliti Pongamia selama 15 tahun. Penanaman uji coba di lebih dari 17 lokasi di seluruh Australia utara telah menyumbangkan banyak informasi dan pengetahuan praktis untuk laporan ini. Meskipun lebih banyak penelitian masih diperlukan, pengetahuan tentang Pongamia sudah cukup untuk mendukung pengembangan komersial.
Sebagian besar lahan di Australia utara cocok untuk menanam Pongamia, dan saat ini sebagian besar digunakan sebagai padang rumput untuk ternak sapi. Di lahan semacam itu, Pongamia akan memberikan dampak minimal pada produksi daging sapi jika ada penggembalaan di perkebunan dan pakan protein diberikan kepada ternak. Pongamia juga tumbuh dengan baik di lahan pertanian lain, namun tujuan utamanya adalah memproduksi bahan bakar terbarukan di lahan yang tidak digunakan untuk memproduksi makanan.
Meskipun sensitif terhadap embun beku, terutama saat masih muda, pohon ini toleran terhadap panas dan banjir, dan dapat menghasilkan biji saat ditanam di tanah dengan tingkat salinitas yang cukup tinggi. Ini berarti Pongamia kemungkinan akan lebih tahan banting daripada tanaman pertanian umum di Australia utara, seperti kapas dan tebu. Tanaman ini juga membutuhkan irigasi yang lebih sedikit.
Pongamia cocok untuk daerah tropis utara Australia, di sebagian besar wilayah dari Mareeba, Queensland, hingga Broome, Australia Barat (WA). Di Wilayah Utara (NT), misalnya, terdapat lahan yang luas antara Katherine dan Darwin di mana curah hujan tahunan rata-rata lebih dari 800 mm, dan ada potensi untuk melengkapinya dengan irigasi dalam jumlah kecil dari air tanah atau pemanenan air. Potensi juga terdapat di area pesisir Queensland dari Kilcoy hingga Cooktown, di mana curah hujan di atas 900 mm dan risiko embun beku rendah.
Pongamia dapat menghasilkan 5 hingga 8 ton benih per hektare tanpa irigasi jika curah hujan tahunan melebihi 900 mm dan tanah dapat menyimpan setidaknya 150 mm kelembaban. Namun, pohon ini memerlukan curah hujan musim dingin atau irigasi jika curah hujan musim dingin kurang. Di beberapa lokasi, mungkin ada tahun-tahun tanpa produksi biji jika kering selama tiga bulan menjelang masa berbunga, yaitu pada bulan Oktober dan November.
Data dari uji coba dan pengamatan menunjukkan hasil optimal Pongamia, dengan curah hujan yang cukup atau irigasi tambahan, adalah sekitar 18 ton benih per hektare dengan kandungan minyak sekitar 40%. Namun, hasil konservatif sebesar 9 ton per hektare, setengah dari hasil optimal, disarankan sebagai target hasil saat merencanakan pengembangan komersial.
Studi Kelayakan Bisnis yang Menguntungkan
Penilaian ekonomi yang diuraikan dalam laporan ini menunjukkan potensi keuntungan signifikan dari proyek Pongamia seluas 5.000 hektare, dengan tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return/IRR) sebesar 15%. Angka ini merupakan hasil yang sangat mengesankan untuk sebuah usaha pertanian.
Hasil dari studi ekonomi Pongamia sebelumnya tidak sefavorit yang dilaporkan di sini karena berbagai alasan. Tidak hanya harga bahan bakar terbarukan yang meningkat, dalam beberapa tahun terakhir hasil Pongamia juga meningkat dengan beralih dari pohon yang ditanam dari biji ke perbanyakan klonal dari varietas yang berdaya hasil tinggi. Pohon klonal siap panen pada waktu yang hampir sama dengan pohon yang diperbanyak dari biji, dan kini ada banyak pengalaman praktis tentang perbanyakan klonal.
Penelitian selama 10 tahun terakhir telah mengembangkan cara untuk menghilangkan senyawa anti-nutrisi dari tepung biji, sehingga tepung tersebut dapat digunakan sebagai pakan ternak tinggi protein. Potensi pendapatan dari offset karbon dari penanaman Pongamia juga meningkat seiring dengan peningkatan permintaan untuk offset karbon dan harga karbon yang lebih tinggi. Kombinasi faktor-faktor ini berarti harga impas (breakeven price) minyak Pongamia mendekati nol. Temuan ini menunjukkan bahwa Pongamia berpotensi menjadi tanaman penting di Australia utara, yang akan membantu mendongkrak ekonomi Australia dan membantunya menjadi netral karbon pada tahun 2050.
Penulis: Dadang Gusyana, Agronomist Consultant di Agriconsulting Europe S.A. (AESA), Brussel.